^_^

Markaz Pelangi.blogspot.com - Supported By Ummu Sakha - copyright © 2009

Wednesday, 12 June 2013

Komunikasi pada anak lebih mudah dari pada bicara


Coba bandingkan kedua sikap berikut jika anda mengalaminya,
 Suatu hari Maisha (yang mewkili putra-putri anda)sedang bersiap memulai aksinya untuk berkreasi dengan segudang ide di kepalanya. Ia kemudian mengambil seperangkat peralatan berkreasinya, gunting, kertas, krayon, lem, double tip dll. Tak butuh waktu lama bagi Maisha untuk membuat lautan kertas di ruang tengah. Guntung sana-gunting sini, temple sana-sini, krayon dimana-mana, ditambah lagi ulah si adek yang menggenapkan suasana ruang tengah menjadi semakin “meriah” dengan potongan kertas dank rayon. Ditengah keasyikannya bermain kira-kira apa reaksi umi (mewakili para ibu2 dirumah)melihat pemandangan tersebut. Berikut ini ada 2 sikap umi dan reaksi timbale balik dari Maisha:
1.      U   : Astaghfirullah….Maishaaaa!!!kok jadi berantakan seperti ini!!! Umi kan baru saja membersihkan rumah kok udah diberantakin lagi!!! (teriak umi sambil berkacak pinggang dan mata melotot).
Ayo!!!cepat bereskan, kalau ga’ nanti umi buang semua mainannya dang a boleh berantakin lagi!!!
   M  : Iya iyaaa, nanti aku beresin, aaahhhh….umiii,  aku lagi membuat mainan. (Sambil tetap menggunting tak peduli dengan tatapan uminya)
   U  : Ayo, Maishaaa…cepat beresiiin!!!Kamu ga denger ya!!!
   M  : Iyaa…iya…!!!!!(maisha meletakkan mainannya lalu pergi ngluyur dan beralih mengambil mainan yang lain)
        (Umi semakin berang dan kepla jadi nyut-nyutan)

2.         U  : (Tarik nafas sambil tersenyum menghmpiri Maisha)Maisha , kamu sedang membuat apa, Nak?
M  : Oooh, aku sedang membuat topi Naga dan kostum peri. Lihat!Bagus, kan?! (Sambil tersenyum puas memperlihatkan hasil karyanya.
U : Wah…bagus sekali !!:). Tapi…umi perhatikan rumah kita jadi berantakan. Apa kamu nanti bersedia membersihkannya…
M  : Iya, tentu saja. Aku akan membereskan semua ini setelah aku menyelesikan pekerjaanku. Tapi nanti tolong bantu aku ya…
U  : Ok, trimakasih ya saying
(tak lama kemudian setelah menyelesaikan guntingan yang terakhir, Maisha memunguti sampah sampah yang umi kumpulkan dengan sapu, dan dia membuangnya di tempat sampah lalu membereskan semua peralatan tanpa dikomando dua kali)
Hmmm…umi pun juga bisa tersenyum lega sekligus bangga. Alhamdulillah selain rumah kembali rapih, anakpun juga semkin bertanggung jawab.
Nah bunda seberapa sering kita bersikap yang pertama dan seberapa sering kita bertindak seperti yang kedua. Masa depan prilaku anak ditentukan oleh bagaimana kita mencontohkannya. Dan prilaku ini akan membentuk karakter anak kita ketika mereka dewasa. Kadang-kadang saya juga sering menangis menyesali sikap yang entah sengaja atau tidak tapi yang jelas hanya kita kurang bisa mengendalikan emosi dampaknya akan sangat luar biasa bagi anak. Padahal jika kita mau menarik nafas sejenak dan kendalikan emosi dampaknya akan luar biasa bagi kita, kesehatan jiwa dan raga kita serta bagi masa depan anak-anak kita.
Satu lagi yang tak kalah penting yaitu Communication is more easy than talk. Komunikasi sebetulnya lebih mudah daripada bicara. Dari percakapan yang kedua umi hanya berdialog kepada Maisha, dan ternyata responnya begitu positif sehingga semuanya berjalan lancer dan sesuai target. Sedangkan percakapan yang pertama, umi lebih banyak bicara tapi justru tak menghasilkan ap-apa selain pembangkangan dan rumahpun tetap kotor. Tak ada penyelesaian. Klau itu dilanjutkan bisa jadi sang umi lebih marah, memukul, atau memaksa anaknya untuk membersihkn, sedngkan si ank bisa jadi malah lari , menghindar, atau menuruti dengan tekanan. Tak melahirkan  inisiatif sehingga otaknya tertekan serta mematikan daya kreatifitas si anak, karena anak akan takut jika ia berkreasi lagi akan dimarahi oleh uminya.
Bunda , mari kita beristighfar untuk sikap kita yang keliru dan senantiasa mohon pertolongan dari Allah agar senantiasa diberi kesabaran dan cinta kasih yang mendalam untuk bisa mendidik anak-anak kita dengan sebaik-baik pengajaran. Wallahu a’lam bi shawwab.