Coba bandingkan kedua sikap berikut jika anda mengalaminya,
Suatu hari Maisha (yang
mewkili putra-putri anda)sedang bersiap memulai aksinya untuk berkreasi dengan
segudang ide di kepalanya. Ia kemudian mengambil seperangkat peralatan berkreasinya,
gunting, kertas, krayon, lem, double tip dll. Tak butuh waktu lama bagi Maisha
untuk membuat lautan kertas di ruang tengah. Guntung sana-gunting sini, temple sana-sini,
krayon dimana-mana, ditambah lagi ulah si adek yang menggenapkan suasana ruang
tengah menjadi semakin “meriah” dengan potongan kertas dank rayon. Ditengah
keasyikannya bermain kira-kira apa reaksi umi (mewakili para ibu2
dirumah)melihat pemandangan tersebut. Berikut ini ada 2 sikap umi dan reaksi timbale
balik dari Maisha:
1.
U :
Astaghfirullah….Maishaaaa!!!kok jadi berantakan seperti ini!!! Umi kan baru
saja membersihkan rumah kok udah diberantakin lagi!!! (teriak umi sambil
berkacak pinggang dan mata melotot).
Ayo!!!cepat bereskan, kalau ga’ nanti umi buang semua
mainannya dang a boleh berantakin lagi!!!
M : Iya iyaaa, nanti aku beresin, aaahhhh….umiii, aku lagi membuat mainan. (Sambil tetap
menggunting tak peduli dengan tatapan uminya)
U : Ayo, Maishaaa…cepat beresiiin!!!Kamu ga
denger ya!!!
M : Iyaa…iya…!!!!!(maisha meletakkan mainannya
lalu pergi ngluyur dan beralih mengambil mainan yang lain)
(Umi semakin berang dan
kepla jadi nyut-nyutan)
2.
U :
(Tarik nafas sambil tersenyum menghmpiri Maisha)Maisha , kamu sedang membuat
apa, Nak?
M : Oooh, aku sedang membuat
topi Naga dan kostum peri. Lihat!Bagus, kan?! (Sambil tersenyum puas
memperlihatkan hasil karyanya.
U : Wah…bagus sekali !!:). Tapi…umi perhatikan rumah kita jadi
berantakan. Apa kamu nanti bersedia membersihkannya…
M : Iya, tentu saja. Aku akan
membereskan semua ini setelah aku menyelesikan pekerjaanku. Tapi nanti tolong
bantu aku ya…
U : Ok, trimakasih ya saying
(tak lama kemudian setelah menyelesaikan guntingan yang terakhir, Maisha
memunguti sampah sampah yang umi kumpulkan dengan sapu, dan dia membuangnya di
tempat sampah lalu membereskan semua peralatan tanpa dikomando dua kali)
Hmmm…umi pun juga bisa tersenyum lega sekligus bangga. Alhamdulillah
selain rumah kembali rapih, anakpun juga semkin bertanggung jawab.
Nah bunda seberapa
sering kita bersikap yang pertama dan seberapa sering kita bertindak seperti
yang kedua. Masa depan prilaku anak ditentukan oleh bagaimana kita
mencontohkannya. Dan prilaku ini akan membentuk karakter anak kita ketika
mereka dewasa. Kadang-kadang saya juga sering menangis menyesali sikap yang
entah sengaja atau tidak tapi yang jelas hanya kita kurang bisa mengendalikan
emosi dampaknya akan sangat luar biasa bagi anak. Padahal jika kita mau menarik
nafas sejenak dan kendalikan emosi dampaknya akan luar biasa bagi kita,
kesehatan jiwa dan raga kita serta bagi masa depan anak-anak kita.
Satu lagi yang tak
kalah penting yaitu Communication is more easy than talk. Komunikasi sebetulnya
lebih mudah daripada bicara. Dari percakapan yang kedua umi hanya berdialog
kepada Maisha, dan ternyata responnya begitu positif sehingga semuanya berjalan
lancer dan sesuai target. Sedangkan percakapan yang pertama, umi lebih banyak
bicara tapi justru tak menghasilkan ap-apa selain pembangkangan dan rumahpun
tetap kotor. Tak ada penyelesaian. Klau itu dilanjutkan bisa jadi sang umi
lebih marah, memukul, atau memaksa anaknya untuk membersihkn, sedngkan si ank
bisa jadi malah lari , menghindar, atau menuruti dengan tekanan. Tak melahirkan
inisiatif sehingga otaknya tertekan serta
mematikan daya kreatifitas si anak, karena anak akan takut jika ia berkreasi
lagi akan dimarahi oleh uminya.
Bunda , mari kita
beristighfar untuk sikap kita yang keliru dan senantiasa mohon pertolongan dari
Allah agar senantiasa diberi kesabaran dan cinta kasih yang mendalam untuk bisa
mendidik anak-anak kita dengan sebaik-baik pengajaran. Wallahu a’lam bi shawwab.
No comments:
Post a Comment