Sore itu aku marah besar sama Maisha. Sedari sore disuruh
sholat ashar males-malesan. Menjelang maghrib juga menguji kesabaranku.
“Maisha sholat maghrib yuk”, maisha masih cuek di depan TV.
“Maisha ayo, umi udah ambil air wudlu nih”. Maisha tak bergeming malah dia mengambil kertas trus
corat-coret.
“Maisha!!ayo cepet ambil air wudlu trus sholat maghrib”. Aku
mulai meninggikan nada suaraku.
Dan Maisha cuma bisa jawab “iya miii”.
“Astaghfirullah hal adziim “aku menarik nafas menahan marah.”Ya
udah umi sholat duluan”.
Yasmin mendekat “Umi aku mau ikut umi sholat ya…”.Sejurus
kemudian dia pakai mukenah Maisha dan mengikuti gerakan sholatku.
Maisha dari kamar mandi melihat mukenahnya dipakai adiknya
mencak-mencak dan berteriak,”Uuuhhh…Yasmiiin, kenapa pakai mukenah aku??aku ga
mau ketinggalan sholat”.
Selesai sholat aku bilang ke Maisha,”Ga usah nyalahin Yasmin
kak,kan kakak sendiri yang dari tadi ga bersegera sholat. Dipanggil dari tadi
pura-pura ga denger. Ya udah sekarang sholat sendiri”
Entah menjadikan ini alasan atau benar-benar ga mau kalau
ditinggal sholat akhirnya maisha bukannya sholat malah memilih nangis .
Hadeeeehhh rasanya mau muntab aja ni marahnya….
“Udah Maisha ga usah nangis , sholat sendiri lah udah jam
berapa ini nanti maghribnya keburu abis waktunya”.
“Aku ga mau sholat sendiriii!!”
“Maishaaa!!!Sholat!!”Aku mulai hilang kesabaran”
Entah karena terpaksa akhirnya dengan gontai maisha melaksanakan sholat.
Seusai sholat maghrib Maisha berulah lagi. “Umi Yasmin
keluar rumah. Aku juga mau main keluar aah..”
“Nggak maisha, makan dulu. Dari tadi kamu umi suruh makan
kok ga mau “
“Aaahh…makan apa?”
“ya kayak yang tadi sup ikan”
Tak menggubris malah menenteng sepedanya keluar rumah.
“Maisha!!!” marahku tak tertahankan bla-bla-bla
Sesaat kurasakan bukan diriku. Aku sudah dirasuki hawa
nafsu. Kutumpahkan marahku dengan mimik wajah yang menyeramkan, lalu kurebut
sepedanya dan kuhempaskan begitu saja hingga membuat maisha takut disudut
ruangan. Dia nangis sesenggukan karena takut dengan teriakanku.
“Astaghfurullah” setan apa yang sudah merasuki tubuhku. La
taghdzob…la taghdzob…batinku. Ku bombing Maisha ke meja makan lalu kusodorkan
makanannya.
“Ayo, Maisha sudah ga usah nangis. Makan” kataku membujuk
Maisha.
“maisha, Umi sayang Maisha. Umi gamau maisha sakit masuk
angin karena ga makan. Kalau umi ga saying Maisha pasti umi biarkan Maisha ga
makan. Terserah mau makan apa nggak”.
Marah didadaku belum reda. Kupercepat makan malamku tak
menunggu abi pulang dari musholla.
Maisha masih makan dengan ogah-ogahan. Setelah abi pulang
dari musholla. Aku udah selesai makan dan aku tinggalkan maisha dan abi makan
lalu aku masuk kamar.
Setelah makan abi mendekatiku.
“Kenapa sih mi? Itu tu maisha ga ditemenin makannya?
“Biarin. males liat maisha ntar malah jadi marah-marah”jelasku.
Dalam hati aku menyesal mengatakan hal itu.
Setelah berhasil mencoba berdamai dengan hatiku, aku pun
memanggil maisha aku ajak maisha berbicara di kamar sambil tiduran .
“Maisha umi mau bicara kak.”
Kak, umi harus gimana sih kak, supaya kalau mengingatkan
kakak makan, sholat dan sekolah atau belajar itu ga pake marah-marah
Umi sebenarnya ga mau kak marah-marah.Dosa. tapi kalau umi
tidak mengingatkan kakak makan, nanti kakak bisa sakit, masuk angin. Trus kalau
umi ga ingetin sholat, umi dosa karena ga membiasakan anaknya sholat, padahal
kan nabi perintahkn kepada semua orangtua untuk membiasakan anaknya yang sudah
berumur 7 th untuk sholat lima waktu. Dan yang ketiga kalau umi ga mengingatkan
kakak untuk sekolah atau belajar, umi cuma minta kakak pas mau berangkat
sekolah nggak ngadat, nggak rewel, trus malemnya umi Cuma minta kakak baca buku
atau belajar 1jaam saja untuk jam wajib baca.
Sekarang terserah kakak deh, umi harusnya pake cara apa
untuk mengingatkan semua itu. Hanya tiga haal aja. Sholat, makan, dan belajar.
Udah itu aja.
Maisha diam.
Ayo Maisha jawaab,
“Mmmm….aku lagi berpikir.”.(jawab maisha)
“Aku tidak tau”
“Kalau kamu tidak tau kenapa kalau pakai cara umi kamu juga
tidak mau nurut?”
“Sekarang terserah kakak caranya harus pakai cara bagaimana
umi mengingatkan kamu, biar umi tidak marah dan kamu juga nurut”. Aku
mendesaknya
“Kamu harus memberikan solusi maisha, kamu bisa memberikan
caranya. Kamu kan anak pintar cerdas. Umi senang dan bangga karena kamu anak
yang cerdas. Dan kamu pasti bisa memecahkan masalah”
Mmmm…aku sih pingennya umi membuatkan aku tulisan atau gambar seperti jadwal sholat, untuk
mengingatkan waktu sholat yang ditempel
dipintu kamar. Trus kalau makan, aku
lihat dulu menu makanannya seperti apa?Kalau aku tidak suka, aku mau
dibuatin menu makanan yang lain, Dan untuk jam belajar, aku akan mengganti
jadwal belajarku dan aku akan membuatkan yang baru. Aku mau belajar satu jam
malam hari.
Astaghfirullahal’adzim…seolah tubuhku disengat listrik
seribu watt yang mengembalikan kesadaranku bahwa Maisha adalah anak visual yang seharusnya diperlakukan dan
ditreatmen secara visual. Dia lebih peka terhadap gambar atau symbol daripada
suara. Jadi dia lebih cepat merespon dengan gambar dan symbol-symbol dari pada
diomelin atau diteriakin.
Ya Allah…ampunilah aku yang sudah membuat anakku menangis
justru karena kesalahanku dalam mendidik. Aku sama sekali tidak memperdulikan
hal ini. Tak seharusnya aku mendidik dengan caraku padahal setiap anak punya
cara sendiri dalam menerima pendidikan dan informasi.
Ya Allah anak-anakku adalah guru yang sangat hebat, mekalah
yang mengajarkanku untuk selalu bersabar, belajar dan belajar.
Maisha maafkan umi ya naak, umi akan selalu berusaha untuk
mendidikmu dengan cara yang terbaik dengan caramu.
Ya Allah bimbinglah hamba untuk bisa mendidik anak-anakku
dengan cinta dan kesabaran. Amin.
My first read that U'r writing in this blog. I think U'r daughter "Maisha" is typical child who has dominant right brain. This type prefer creative, learn by Visual, they think random. So we must treat them to balancing cause we life in the world that think by left brain. Be patient...;)
ReplyDelete