^_^

Markaz Pelangi.blogspot.com - Supported By Ummu Sakha - copyright © 2009

Sunday 16 November 2008

Dialog Hati Dua Sahabat

SAHABAT I
Saudaraku….
Aku ingin bertanya kepadamu
Ku harap dikau bersedia untuk mengurangi kegersangan ini
Dengan siraman kesejukan

Saudaraku….
Ketika gurun gobi sudah meluas sampai ketepian tembok raksasa,
Dan karang-karang terjal dipulau sempu mulai terkikis
Ketika rumput-rumput mulai menggeliat dengan mesra
dan burung hantu mulai masuk ke peraduannya
Aku tak kuasa lagi membelenggu jari-jemariku untuk menari-nari
dan melantunkan tembang kehidupan

Saudaraku….
Ketika jeruk tidak lagi berasa manis
Dan kenanga mulai merecoki hidung
Dengan baunya yang menyakitkan
Akankah orang masih menganggap mawar sebagai lambang kasih
Dan edelweis sebagai lambing keabadian
Seperti yang dulu diajarkan oleh mamaku
Ataukah memang aku harus menjadi seorang Martin Luther King yang pemberontak
Dari pada menjadi sosok tumenggung yang selalu sendika dawuh

Saudaraku….
Kalaulah Jiwa patriotisme Che Guavera kau hempaskan dalam dadaku,
Lalu kau sisipi dengan jiwa kasih bunda Theresa, dan semangat dari Ivan gori
Semuanya mungkin hanya akan memenuhi dadaku
dan akan membuatku semakin kesulitan untuk menyerap udara

Biarkanlah aku tumbuh dalam tubuhku sendiri
Tiada baiknya tubuh itu diisi dengan jiwa lain
Bantulah aku untuk menngerakkan kembali jari-jemariku
Dengan aliran darah yang sama seperti sepuluh tahun lalu

310700 nug

SAHABAT II

Saudaraku…
Seandainya dapat, aku sangat ingin memberikan setitik embun
Untuk menyirami kegersangan itu

Saudaraku….
Meski langit tertutup senja
Dan burung-burung kembali ke sarang
Meski karang-karang terjal dikikis oleh kerasnya ombak
Dan raut bumi mulai menua…
Apakah dunia akan kembali menutup layar
Dan berhenti melantunkan tembang kehidupan

Sementara keesokan harinya Sang surya dengan langkah malu-malu
menyembul dari balik pegunungan
Kemudian dengan memupuk kepastian iapun keluar dari persemayaman
Dengan membawa berjuta harapan bahwa….
Manusia, pepohonan, kupu-kupu, bunga-bunga, ikan-ikan, bahkan semutpun menantikan sinarnya

Saudaraku….
Seandainya dapat, buah jeruk tak pernah memberikan rasa masam
Dan kalaupun sampai membusuk, kenanga tetap dan akan semerbak wanginya
Biarlah mawar sebagai lambang kasih
Dan edelweis dianggap sebagai lambang keabadian
Agar mama tak sia-sia mengajarkannya padamu
Tapi carilah makna dibalik semua yang diajarkannya
Bukan seorang pemberontak yang ia inginkan, bukan pula jadi tumenggung yang selalu manut
Tapi yang ia harapkan dirimu sendiri
Yang punya semanagt Kholid bin Walid sang Singa padang pasir
Dan jiwa besarnya pemuda Muhammad yang lemah lembut
Karna yang ia tahu….
Ada sesuatu yang merah membara dalam dadamu
Bukan kobaran bola api amarah tapi seberkas sinar cemerlang
Yang kau bungkus dengan berlapis-lapis penutup

Saudaraku….
Seandainya dapat, akan kucabik-cabik dan kubongkar penutup-penutup itu biar sinarnya memecah menghiasi dirimu
Dan tak ada lagi sampah-sampah yang memenuhi dan menyesakkan pernafasanmu
Dan membuang jiwa lain yang merasukimu
Biar yang ada dalam dirimu hanya dirimu
Dan sinarmu adalah semangatmu yang akan menggerakkan kembali jemarimu seperti seepuluh tahun yang lalu

Saudaraku….
Meski aku tak tahu dalamnya lautan, namun hanya doa yang sanggup mengiringi langkahmu menuju sinarmu

010800 (yan)

1 comment:

  1. After read this poem i can't believe that i ever wrote that poem, even i remember i ever write it.
    I don't what i must to say.
    Perhaps our friendship tetep langgeng

    ReplyDelete