^_^

Markaz Pelangi.blogspot.com - Supported By Ummu Sakha - copyright © 2009

Tuesday 5 April 2011

Raihana Yasmina faiha


Alhamdulillah, anugrah awal tahun 2011. Raihana Yasmina Faiha. Anak kedua kami lahir dengan normal di rumah sakit Sari Asih Tangerang dengan berat 2,9 dan tinggi badan 50 kg. Wajahnya ayu dan kulitnya yang putih merupakan perpaduan yang sempurna ciptaanMu yang tak ternilai. Yasmin nama panggilannya sempat membuat hati umi dag..dig..dug selama 2 minggu sebelum ia lahir. Tanggal 28 Desember 2010 dokter bilang aku sudah pembukaan 2, mungkin tinggal 2-3 hari lagi mau lahir, padahal perkiraanku Januari awal lahirnya. Sakingsenengnya begitu keluar dari ruang dokter dan aku langsung menuju ruang persalinan untuk cek jantung janin, suami langsung telp ibuku yang di Surabaya, bilang kalau aku sudah pembukaan 2. Tapi pas dicek jantungnya kata bidannya belum ada tanda-tanda mules, nanti kl mulesnya sudah sering baru nanti balik lagi. Setelah hamper seminggu masih belum ada tanda-tanda mules. Ibu yang ada di Surabaya tiap hari telpun nanyain kabar udah lairan apa belum?aku sampai ga enak jadinya.
Akhirnya malam tahun baru aku bilang sama suami, “Bi, coba ke dokter yuk dicek lagi”. Akhirnya kami yang sebelumnya ngrencanain pergi ke mall malah belok ke Rumahsakit. Sesampai di rumah sakit, langsung menuju kamar bersalin yang waktu itu sudah direkomendasikan oleh dokter. Bidan langsung menyuruhku untuk cek jantung dengan alat CTR. Ternyata belum ada tanda-tanda mules juga. Tapi yang agak melegakan kata bidan HPL(Hari perkiraan Lahir) masih 8 januari. Akhirnya kamipun pulang dengan perasaan sedikit lega. Semangatku untuk melahirkan agak sedikit kendor. Seminggu pertama setelah dokter bilang sudah pembukaan 2, esok paginya aku rajin jalan-jalan pagi, ngepel sambil jongkok, nyuci dll. Tapi diminggu kedua ini semangatku turun mungkin karena sedikit kecewa, ah…terserah deh mau kapan aja lahirnya yang penting selamat, walaupun dalam hati kecil aku semakin was-was. Ga sabar menanti kelahiran calon adiknya Maisha. Para tetangga juga sudah ada yang heboh dan menanyakan, “Katanya sudah pembukaan 2, kok masih jalan-jalan aja belum lairan-lairan?” (aku Cuma tersenyum kecut sambil bertanya dalam hati , lho siapa yang ngasih tau kalau aku sudah pembukaan 2, perasaan aku Cuma cerita ke kekluarga aja, kecuali satu orang temen ngajiku. (huff ternyata lidah tak bertulang, berita kecil gitu kok udah nyebar kemana-mana.
Siang malam hatiku tambah dag dig dug, jangan-jangan hari ini….Hampir tiap malam aku melantunkan surat Yasin yang katanya mempunyai fadhilah memperlancar urusan. Sampai akhirnya seminggu sudah kulewati. Pagi harinya aku masih ngobrol sama tetangga perihal keterlambatan kelahiran. Tetanggaku melahirkan lebih 3 minggu dari hari perkiraan kira-kira usia kandungannya sudah 10 bulan, makanya harus di sesar. Wah…aku jadi semakin takut, tapi aku berdo’a mudah-mudahan persalinanku nanti normal.
Sore hari aku merasa perutku melilit. Aku mencoba menenangkan diri, ah…baru sekali-sekali belum sering, jangan-jangan cuma mules palsu. Akhirnya sore itu kuputuskan ikut kajian aja, lagipula mulesnya belum sering. Ditempat pengajian aku menahan mules yang kian bertambah sering, tapi aku masih kuat menahannya , jadi kupikir mungkin belum saatnya. Sepulang dari kajian mulesnya dating lagi. Hmmm…masih setengah jam sekali. Ba’da maghrib masih bisa nyuapin Maisha, sambil menahan mules aku bilang ke suami. “Bi, ntar malem kita ke dokter yuk, kayaknya bentar lagi deh”. Aku sebenarnya sudah lama mempersiapkan segala perlengkapan untuk dibawa ke Rumah Sakit sehingga kalau sewaktu-waktu akan melahirkan kami sudah siap. Suami masih terlihat tenang-tenang aja bahkan acuh tak acuh karena beberapa kali cek kerumahsakit ternyata belum lahir-lahir juga. Atau mungkin dia kecapean pulang dari Kampus. Sambil tiduran dia menjAWAB, “Kalau belum mules banget mendingan tunggu aja”.
Duh aku sempet sedikit gondok , sambil menahan sakit, dalam hatiku bilang, “duh perut udah melilit kayak gini masih disuruh nunggu sampai besok-besok, sekalian aja lairan dirumah”. Dengan sedikit kesal aku nyeletuk, “ya udah ga usah dianterin, ntar aku ke RS sendiri naik taksi”. Suami mendekatiku sambil mengelus perutku , “emang serius mi, udah mules banget, ya udah mo berangkat sekarang?”, Tanya suami. Ya udalah, ni udah 5menit sekali , udah sakit banget, ntar abis nidurin Maisha dulu. Maisha emang sangat susah tidurnya apalagi kalau siangnya tidur, bisa-bisa sampai jam 12 baru tidur.
Akhirnya Alhamdulillah kurang lebih jam 10an Maisha udah tidur. Aku segera bergegas ganti baju dan membawa tas bayi berisi perlengkapan bayi dan beberapa baju ganti. Suami membangunkan mertua untuk pamitan ke rumahsakit. Jam sepuluh lewat 3o menit kami berangkat menuju ke Rumah Sakit. Jarak dari rumah ke rumah sakit kurtang lebih setengah jam. Jam Ssebelas malam kami sampai di Rumah sakit sari Asih Tangerang. Bidan langsung mempersilahkan ke ruang persalinan. Perutku rasanya mules dan melilit tak tertahankan . Bidan bilang baru pembukaan 2, tapi aku sudah ga tahan.Bidan memasang alat bantu pernafasan (Oxygen), dan memasangkan infuse. Tangan suami jadi sasaran cakaran dan cengkraman. Suami terus membisikkan kata istighfar…istighfar…Nafasku tersengal-sengal sambil sedikit berterak aku beristighfar dan ketika nafasku tersengal aku hanya bisa berucap Allah…Allah…
Suami terus member semangat sambil membimbing pernafasanku. Untuk menghiburku suami menelpon ibuku di Surabaya mengabarkan kalau aku sudah mau melahirkan dan minta doanya. Sakit diperutku sudah ga tertahankan, sambil terus memanggil asma Allah, aku juga memanggil ibu…ibu…dan mengingat bacaan apa yang bisa ku hapal, karena sudah ga bisa berkata-kata aku hanya menyebutkan dalam hati Ya Allah mudahkanlah urusanku…Surah Yasin, Surah Ar-rahman , Surah Al-Baqoroh…yang pernah menemani lisanku ya Allah mudahkanlah dengan mereka. Aku bertawasul dengan ayat Al-Qur’an tersebut, dan Alhamdulillah tidak lama setelah itu , tepatnya jam 02.00 dokter datang dan segera member perintah-perintah pada asistennya. Dengan cepat dan tanggap dokter membimbing persalinanku sampai akhirnya di menit kesepuluh setelah dokter dating beliau terus memerintahkan untuk mengejan. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengejan, tapi suami member semangat agar aku kuat untuk melakukan persalinan normal karena kasihan bayinya kalau sudah tinggal sedikit lagi prosesnya aku ga kuat nanti bisa divakum. Samar-samar aku dengar dokternya memerintahkan assistennya untuk menyiapkan alat vacum. Mendengar itu aku langsung semangat untuk mengejan. Dengan sisa tenaga aku mengambil nafas lalu mengucapkan taawudz(maksudnya bismillah tapi yang keluar audzubillah) aku mengejan dengan sekencang-kencangnya. Suster bilang ibu ga usah berkata-kata, tapi aku ga peduli. Kembali aku mengucap taawudz dan memanggil nama ibu. “Audzubillahiminasysyaithoonirrajiim…..ibuuuuu…..tiba-tiba…oweeeeekkkk.Aku mendengar suara tangisan bayi…pasti itu bayiku….Meskipun kondisiku sudah lemas tapi aku lega karena dokter, bidan dan suami akhirnya memberiku ucapan selamat karena bayiku sudah lahir. Alhamdulillah, dengan berlinang air mata dan senyum bahagia aku melihat bayiku yang mungil telah berada diatas perutku untuk inisiasi menyusui dini. Tak kuasa aku melihat matanya yang masih sipit melihatku sambil tersenyum dan mencari putting susu untuk menyusu. Dokter memberiku beberapa jahitan di bekas persalinan dan aku masih merasakan nyeri, tapi aku sangat bahagia, akhirnya adiknya maisha lahir dengan selamat dan sehat wal afiat. SELAMAT DATANG MELATI KECILKU….