^_^

Markaz Pelangi.blogspot.com - Supported By Ummu Sakha - copyright © 2009

Friday 16 January 2009

Gara-gara Jilbab Rabbani

Paling sebel kalau lagi berselisih paham sama suami. Bete deh...aku merasa dia orang yang paling nyebelin, susah diajak kompromi, kolot, de-el-el. Pagi ini jadi bete banget. Masak gara-gar pengen jilbab Rabbani aja jadi adu argumen panjang kali lebar. Lebaran kan kurang seminggu lagi tapi aku belum punya jilbab yang pantas untuk dipakai silahturrahim, masak kemana-mana jilbabnya itu-itu aja. Lalu pas pulang dari kajian Romadhon aku sempetin mampir di counternya Rabbani. Disana jilbannya udah tinggal sedikit karena udah deket lebaran jadi tinggal yang sisa-sisanya. Aku tertarik sama jilbab motif batik warna merah marun. Ku pikir mungkin cocok sama gamis merah marunku yang beberapa bulan yang lalu baru kuambil dari tukang jahit. Aku nggak beli baju baru untuk lebaran karena baju itu masih lumayan baru buatku dan masih pantas untuk dipakai pas lebaran. Aku memutuskan untuk pulang karena hari itu aku nggak bawa uang lebih untuk beli jilbab, lagian belum bilang sama suami, beliau setuju apa nggak. Sampai dirumah aku bilang ke suami kalau aku pengen beli jilbab Rabbani yang ada di gang Bale desa. Suami tidak begitu menanggapi, malah dengan cuek dia bilang, ”Emang kalau beli jilbab harus pas lebaran ya...kaya anak kecil aja. Lebaran itu kan yang penting amal ibadah di bulan Ramadhan”.
Entah kenapa dan entah setan apa yang lagi bersemayam dalam hatiku, mendengar jawaban suamiku itu aku langsung gondok dan mengeluarkan argumen pembelaan dengan mengemukakan berbagai macam alasan dan ujung-ujungnya suamiku bilang ya terserah, beli-beli aja!. Aku tambah gondok langsung masuk kamar ngajak Maisha tidur.
Sebenarnya dalam hatiku aku mengakui kalau napa yang dikatakan suamiku itu benar. Beli jilbab nggak mesti harus pas lebaran tapi waktu itu aku memang sudah lama pengen beli jilbab karena memang sudah lama juga nggak beli jilbab padaahal suamiku nggak pernah melarang kalau aku mau beli jilbab tapi akunya yang kurang sreg dengan model-model jilbab yang ada selama ini. Di tempat tidur aku berusaha menetralisir hatiku, berusaha mengalahkan nafsuku dan memcoba untuk bersabar dengan masalah ini. Ini kan hanya masalah kecil, mungkin akunya yang kurang oas atau salah ngomong ke suami.
Beberapa hari berikutnya aku keluar bersama suami dan anakku, dan kebetulan melewati counternya rabbani. Aku bilang ke suami, ”Di situ lho bi, beli jilbabnya”. Seperti biasa dia tak begitu menanggapi sambil melajukan motornya melewati Rabbani.
Lebaran kurang 4 hari, suamiku sudah libur sehingga dari pagi tidak ada kegiatan penting, tiba-tiba suamiku menanyakan suatu hal yang sebenarnya sudah hampir aku lupakan. ” Mi, katanya mau dianter ke gang Bale desa, mau beli jilbab apa tuh....”. Aku mengernyitkan dahi. Dalam hatiku berkata, kenapa baru sekarang nanyaknya. Sambil menjaga gengsi aku meolak mentah-mentah. Nggak...nggak perlu, lagian jilbabku masih banyak kok. Dengan cueknya suamiku berkata, ”Ya sudah terserah”. Aku berpikir lagi, kenapa musti gengsi, mungkin karena aku sudah sabar dan hampir melupakan masalah ini, sekarangklah permintaanku dikabulkan sama suami. Sorenya baru aku mendekati suami lagi, merajuk...Bi, katanya mau nganterin aku ke gang Bale Desa. ”Ya ayo”, sahutnya dengan santai. Lho kok sekarang gampang banget ngajaknya (.
Setelah sampai disana ternyata suamiku kurang suka jilbab yang becorak, katanya aku lebih pantes pake yang polos warna pink, meski agak berat tapi nggak papalah yang penting suamiku suka dan satu hal yang aku rasakan saat itu, mmm....Sabar itu indah, ya.... dan satu lagi buat ibu-ibu dan teman-teman yang lain, kalau deket lebaran jangan cuman mikirin baju baru, tapi semangat ibadah yang baru, hati yang baru, dan rumah baru...eh...eh...salah...ya tetep semangat untuk memperbaiki diri seperti kepompong yang akan menjadi kupu-kupu.
Kalau inget jilbab Rabbani ....aku jadi malu hi...hi...hi...

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429H
(kenangan lebaran)

No comments:

Post a Comment