Bulan ini pengeluaran banyak sekali. Aku juga sempat khawatir bagaimana aku bisa mencukupkan uang belanja bulan ini. Uang gaji yang diberikan suamiku hampir habis, padahal tanggal gajian lagi masih jauh. Ini semua mungkin memang kesalahanku, terlalu berambisi untuk jasdi PNS, jadi selama 2 bulan kemarin aku bela-belain keluar biaya banyak untuk mondar-mandir keluar kota untuk ikut tes CPNS. Kalau nggak ingin menyenangkan hati orang tuaku yang sudah nyekolahin aku, aku mungkiin udah putus asa dan males ikutan yang namanya CPNS.
Dulu waktu kuliah aku memang paling anti sama yang namanya CPNS. Tekadku dulu ingin jadi pengusaha sukses, kalau aku nggak bisa jadi Engineer, karena pekerjaan seorang Engineer sempat membuatku stress berat walaupun sebetulnya senang dan bangga dengan pekerjaan itu. Suamipun kurang setuju dan nggak mengijinkan aku untuk bekerja di swasta, konsultan atau kontraktor. Bahkan menjadi guru SDIT yang mengajarnya fullday pun nggak boleh. Jadilah tes CPNS aku bela-belain meski diluar kota. Aku mikirnya kalau nanti diterima dimana saja, suatu saat kan bisa mutasi. Walaupun akhirnya tidak diterima, ya ....belum rejeki.
Dan imbasnya...ya kebutuhan kemarin ditutupi oleh pemasukan bulan ini ditambah bayar kulah suami, dan bahkan uang kiriman mbakku untuk beli sepedapun ludes(maaf ya mbak...insyaAllah akan aku ganti amanah untuk beli sepeda akan aku jalankan).
Eh...belum lama ada saudara dari suami minjem uang untuk tambahan ngurus surat tanah. ( Waduh dalam hati bukan bermaksud sirik, tapi kita aja belum punya rumah), tapi ya akhirnya dipinjemin juga pake uang kuliah dengan jaminan akan dikembalikan pas mau bayar). Ya sudah, mudah-mudahan Allah melapangkan hatiku untuk ikhlas.
Selang 2 hari adik yang dikampung pengin minjem uang juga karena ia sekarang sudah resign dari pekerjaannya, sementara kiriman dari adikku yang laki-laki ditunda karena dia juga maw melanjutkan kuliah S1 plus bayar kontrakan.
Waduh...maw bilang apa nih, kalau nggak dikasih kasihan juga, atau dibilang pelit. Tapi emang benar-benar lagi nggak pegang uang. Uang belanja tinggal 200 ribu saja. Lagipula aku memang belum pernah ngasih uang dari hasil keringatku sendiri. Dulu aku sepertinya yang paling diandalkan. Kuliah dijurusan yang paling bergengsi diantara saudara-saudaraku, tapi setelah lulus belum bisa meberikan apa-apa.
Akhirnya aku bilang saja ada, tapi Cuma bisa ngasih 200ribu. Dalam hati aku pasrah sama Allah. Allah tidak akan menelantarkan hambanya. Semut saja dikasih makan, masak manusia nggak. Insya Allah pasti Allah akan memberi gantinya. Aku bilang sama adikku, ” Insya Allah aku akan transfer hari Senin.
Hari Ahad, aku nggak pergi kemana-mana, tapi sore hari aku pergi bersilahturrahim ke rumah Bu Anton yang sudah beberapa bulan ini aku lalaikan. Bu Anton itu tetanggaku yang tinggal disebrang jalan. Waktu itu aku pernah menawari beberapa orang tetangga yang mau belajar Al-Qur’an, tapi yang bersedia kebetulan hanya bu Anton. Kira-kira kami sudah mengadakan pertemuan kurang lebih 2-3 kali, setelah itu aku sering keluar kota untuk tes CPNS. Ada juga yang terbentur acara lain misalnya nikahan tetangga atau bu Anton sendiri yang lagi sibuk atau ada acara. Dan Alhamdulillah sore itu aku baru sempat ketemu dengan beliau dihalaman rumahnya.
Setelah ngobrol sebentar di halaman rumahnya, aku dipersilahkan masuk. Aku masuk mengikuti beliau lalu duduk diserambi depan, namun bu Anton terus masuk kedalam rumah. Tak lama setelah beliau keluar, beliau mengeluarkan sesuatu dalam dompetnya lalu menggenggamkannya ke tanganku. Katanya untuk bayaran yang kearen-kemaren. Aku kaget, nggak menyagka, dan akupun berusaha menolak pemberiannya, tapi beliau menolak lebih keras. Bukan apa-apa, aku takut apa yang aku lakukan selanjutnya ada sesuatu lain yang ingin aku harapkan. Bu Anton tetap bersih keras memberikan ’bayaran’ kepadaku. Katanya kalau disini mau ngaji ya bayar, jadi nggak apa-apa kalau beliau diajari ngaji trus ngasih bayaran ke orang yang mengajari(guru ngajinya). Itupun juga sikhlasnya . Ya sudah kutrima juga akhirnya. Rejeki, katanya.
Nggal lama kemudian anak keduanya yang laki-laki datang, nggak tau pulang dari mana. Biasanya dia tinggalnya di Bekasi karena bekerja disana, jadi tiap Minggu datang. Setelah menyapa dan basabasi sebentar dia masuk lagi. Selang beberapa lama, ada tamu dan anak laki-laki itupun keluar dan menenteng sesuatu. ”Nah ini ada rejeki mbak , ini buat mbak. Saya beli 2 paket kok, yang satu bawa pulang aja”. Aku melirik tentengannya. Hmmm....1 paket PIZZA HUT. Wah Subhanallah, ini namanya rejeki nih, tadi dapet dari ibu, sekarang dari anak....he..he....Rejekinya orang Silahturrahim, ya....”, seruku. Padahal tadi . Setelah ngobrol-ngobrol cukup lama, kami membuat agenda pertemuan lagi. Hari semakin sore, sudah menjelang Maghrib, aku pamit pulang.
Dan hari ini bonus suami yang sudah lama dinanti-nanti bahkan aku sudah hampir putus asa karena dikira tidak akan keluar, akhirnya keluar juga ditengah kondisi keuangan sudah sangat menipis.
Subhanallah, hari ini aku benar-benar menyaksikan kekuasaan Allah. Dan benar janji Allah, yang pertama, jika kita bertawakal kepada Allah, Allah Akan memberi yang terbaik. Kedua, jika kita ikhlas, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Ketiga, jika kita berbaik sangka kepada Allah, maka Allah seperti apa yang kita sangkakan. Keempat, jika kita menolong orang yang ada dalam kesulitan dengan ikhlas, sesungguhnya kita menolong diri sendiri, karena Allahlah yang akan membalasnya, dan Kelima, jika kita bersyukur, Allah akan menambah dan bahkan melipatgandakan kenikmatan kita. Dan yang terakhir, Rejeki datang dari jalan yang tidak disangka-sangka. Wallahua’lam.
MarkazPelangi-180109
ya mbak bener banget... tapi kenapa ya kitasebagai manusia sering lupa dengan janji2 Allah itu :'(
ReplyDelete